Jumat, 30 November 2012

Resensi Perahu Kertas



Resensi Film
Judul                   : Perahu Kertas
Sutradara            : Hanung Bramantyo
Rumah Produksi  : Starvision, Mizan Production, Dapur Film
Genre                  : Pop
Foto                    

Synopsis          :
Perahu Kertas mengisahkan pasang surut hubungan dua anak manusia, yaitu Kugy (Maudy Ayunda) dan Keenan (Adipati Dolken). Kisah bermula ketika mereka berdua kuliah di Bandung. Kugy, yang bercita-cita ingin menjadi penulis dongeng, kuliah di Fakultas Sastra. Ia punya kebiasaaan unik, yaitu suka membuat perahu kertas yang kemudian dilarungkannya di sungai.
Keenan, pelukis muda berbakat, dipaksa untuk kuliah di Fakultas Ekonomi oleh ayahnya. Bersama dengan sahabat Kugy sejak kecil, Noni (Sylvia Fully R), serta pacar Noni, yakni Eko (Fauzan Smith), yang juga adalah sepupu Keenan, mereka berempat menjadi geng kompak. Dari yang semula saling mengagumi, Kugy dan Keenan diam-diam saling jatuh cinta. Tapi berbagai hal menghalangi mereka. Tak hanya itu, persahabatan Kugy dan Noni pecah ketika Kugy, demi menjaga hatinya, tak datang pada pesta ulang tahun Noni yang diadakan di rumah Wanda.
Keenan akhirnya pergi ke rumah Pak Wayan (Tyo Pakusadewo), seorang pelukis teman lama Lena, sekaligus mentor Keenan melukis. Dalam suasana hati yang gundah, kreatifitas melukis Keenan buntu. Luhde (Elyzia Mulachela), keponakan Pak Wayan, berhasil mengembalikan semangat Keenan. Seorang kolektor langganan galeri Wayan bernama Remi (Reza Rahadian) menjadi pembeli pertama. Ingin cepat meninggalkan Bandung dan lingkungan lamanya, Kugy berjuang untuk lulus cepat.
Begitu lulus sidang, kakak Kugy yang bernama Karel (Ben Kasyafani) membantu agar Kugy magang di biro iklan bernama AdVocaDo milik temannya, yaitu Remi. Prestasi kerja Kugy cemerlang, dan menarik perhatian Remi.

Menurut saya sebuah kisah remaja yang cerdas. Memang, tak mungkin seorang Dewi Lestari membuat naskah novel dan script film asal-asalan. Apa bedanya dengan sinetron remaja yang nggak jelas yang hanya menjual kisah cinta dan cinta saja. Ada cinta, ada cita-cita, ada juga saling memaafkan, inilah pesan moral yang disampaikan film ini pada penonton, khususnya remaja.


Kritik dan saran :
film bisa lebih bagus karna dukungan audio visual, cinematografi, dan lain-lain biar part 2 nya penonton bisa lebih antusias lagi.


Sumber :