Tepatnya setahun yang lalu, saya bersama teman - teman saya merencanakan acara rihlah atau jalan - jalan menuju Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Acara ini dilaksanakan dalam rangka program kerja atau agenda tahunan kami, ya sekedar merefresh dari sgala hal yang menyibukkan dikampus karena tugas - tugas yang tidak sedikit.
Perjalanan ke sana tidaklah mudah, untuk mencapai kesana saya bersama teman - teman harus naik angkutan umum. Kami berangkat dari depok karena sebelumnya kita berkumpul terlebih dahulu dikampus Depok, setelah semuanya lengkap kamipun naik kereta dari stasiun pondok cina menuju Bogor. Sesampainya di Bogor kamipun harus menyewa angkutan umum supaya diantara kita tidak memisah dan harus tunggu-tungguan karena akan sangat membuang-buang waktu. Ternyata ketika sudah dekat dengan tempat wisata tersebut angutan umum tidak boleh masuk ke daerah itu dan akhirnya kamipun harus berjalan ke sana dengan menempuh jarak sekitar kurang lebih 100 meter untuk sampai di Kawasan Taman Nasional Gunung Salak. Alhasil setelah lelah berjalan cukup lama kamipun tiba di tempat itu dan sungguh betapa menakjubkan kuasa Tuhan yang sungguh indah untuk dilihat dan dinikmati.
Untuk masuk ketempat wisata ini kami harus membayar retribusi setiap orang sebesar 7500 rupiah. setelah membayar kami dapat memasuki kawasan tersebut dimana banyak pepohonan tingi menjulang ke langit yang begitu teduh.
Sebetulnya, di kawasan ini ada 3 buah curug (air terjun) dari mulai yang paling tinggi, yaitu Curug Kawung, kemudian di bawahnya Curug Daun dan Curug Nangka itu sendiri yang letaknya paling bawah.
Untuk mencapai lokasi Curug Kawung dan Curug Daun, Anda harus melalui jalan setapak dengan kondisi jalan yang naik turun di pinggir aliran sungai. Curug Kawung adalah curuh yang paling tinggi yaitu sekitar 25 meter dan letaknya dikelilingi bukit. Disepanjang jalan, banyak ditemui monyet-monyet ekor panjang dari jenis Macaca fascicularis. Dipastikan akan menyemarakan langkah perjalanan langkah kita menuju puncak Curug yang paling atas. Kita harus berhati-hati mengeluarkan makanan, karena disekitar curug banyak terdapat segerombolan monyet yang akan langsung merampas makanan yang dilihatnya ketika sipemilik makanan itu lengah.
Setelah puas berfoto-foto di curug Daun, kami melanjutkan perjalanan lagi dengan melewati jalan berbatu dan jalan setapak. Dan diakhir perjalanan kami pun tiba di curug yang paling tinggi dikawasan itu yaitu curug Kawung. Curug yang berada diantara tebing-tebing hijau. Di curug Daun pun terlihat hanya satu sisi aliran air. Air jatuh lurus dan membentuk suatu wadah alami yang menjadi tempat untuk berendam para pengunjung. Air di curug tidak terlalu dingin, mungkin karena faktor musim panas.
Di curug Nangka juga bisa dijadikan sebagai tempat camping yang asyik. Dengan lokasi yang tidak jauh dari Ibukota Jakarta dan dengan hawa yang masih asri, kami lihat ada beberapa tenda yang terpasang.
Sore hari, setelah selesai melaksanakan sholat ashar, kami hendak pulang. Namun hujan tiba-tiba turun. Mengingat bahwa kota Bogor adalah kota hujan, maka sudah tidak aneh jika tiap sore hujan turun. Namun setelah agak lama menunggu, sepertinya belum ada tanda-tanda bahwa hujan akan reda. Maka kami memutuskan menerobas hujan dengan menggunakan payung.
Hujan tidak membuat keakraban kami berkurang, sepanjang perjalanan kami banyak bercerita. Sepanjang jalan kenangan.
Kurang lebih tiga puluh menit, kami tiba ditempat awal kami turun angkot. Kami langsung mencari tempat berteduh sambil menunggu angkot yang akan membawa kami kembali ke BTM. Selang beberapa lama, angkot datang. Perjalanan kami hari ini cukup melelahkan juga menyenangkan. Berganti angkot di BTM menuju ke stasiun Bogor, kami kembali naik angkot 02.
Untuk kenyamanan, kami kembali memilih kereta ekonomi karena harganya yang
murah. Ramainya penumpang kereta dari stasiun Bogor membuat kami
berdesak-desakan masuk ke dalam kereta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar